Sejarah Patung Sigale-Gale Yang Pilu

Estimated read time 2 min read

Sigale-gale kini adalah sebuah mitos dari kisah sedih dalam kehidupan masa lalu masyarakat Batak khusunya di Pulau Samosir dan berkaitan dengan acara upacara adat kematian. Ada beberapa versi cerita yang kini diyakini oleh masyarakat sebagai dari asal-usul legenda patung sigale-gale.

Pada zaman dahulu kini hiduplah seorang raja yang bernama Raja Rahat. Beliau kini memerintahkan di salah satu kawasan samosir. Beliau hanya memiliki satu orang anak yang bernama Manggale. Raja Manggale kini merupakan harta yang kini tak bisa di gantikan oleh suatu apapun bagi Raja Rahat.

Ketika kerajaan yang kini di pimpin oleh Raja Rahat mengalamin suatu perperangan untuk memperebutkan salah satu kekuasaan, Raja Rahat kini mendengar bahwa putra semata wayangnya kini tidak kembali dari pertempuran.

BACA JUGA: Sejarah Boneka Raksasa Ondel-Ondel

Setelah itu Raja Rahat pun kini jatuh sakit. Karena kebaikanya dan kemurahan hatinya, kini para rakyat tidak tega dan sangat khawatir melihat kondisi Raja Rahat. Mereka pun berbondong untuk membawa Tabib untuk mengobatinya.

Tabib tersebut yang bernama Sibaso, Sibaso kini menyarankan untuk membuat replika Raja Manggale menggunakan patung yang kini terbuat dari kayu. Tak hanya itu juga tapi para rakyat juga mendandani patung ini seperti Raja Manggale. Karaena kemiripanya pun kini mereka menamai patung tersbut kini sebagai patung Sigale-Gale.

Pada dasarnya kini Sibasi ingin menjadikan salah satu patung tersebut ini sebgai media pemanggilan roh Raja Manggale. Pada ritual tersebut Sibaso pun memainkan alat musik dan memanggil arwah Raja Manggale. Ketika ritual berhasil patung Sigale-Gale tersebut kini pun bergerak dan menari dan mengikuti lantunan musik yang ada.

Setelah kisah raja tersebut usai, etnis batak ini menggunakan patung Sigale-Gale tersebut sebagai simbol penghantar kematian, dan sekaligus juga patung Sigale-Gale kini dapat di percaya mampu untuk menghindari kepunahan dari suatu keluarga yang kini membuat keluarga tersebut meninggal tanpa keturunan.

Etnis batak kini juga percaya bahwa adanya setiap orang yang meninggal dan dilakukan secara upacara Sigale-Gale, maka roh kini dari orang yang meninggal akan menjadi sebagai tumbal boneka Sigale-Gale dan akan hidup di dalamnya. Oleh karna itu sangat sedikit jumlah boneka sigale-gale. Patung ini kononya katanya juga dapat menangis layaknya seperti manusia, untuk pembuatanya memerlukan beberapa orang.

You May Also Like

More From Author