SANG SAKA MERAH PUTIH, SEJARAH DAN ASAL MULANYA

Estimated read time 4 min read

ARSIP NASIONAL – Sang Saka Merah Putih sebagai bendera negara yang paling sakral. Dalam bahasa Inggris, bendera berarti flag yang berasal dari kata flaken atau flegan yang berarti mengibar atau mengapung di atas angin.

Bendera sendiri sudah muncul sejak abad ke-16 dengan warna dan model yang beragam. Salah satu pengguna bendera dengan warna merah putih adalah Dinasti Chou di China.

Sentuhan terakhir adalah kuahnya yang kental dan gurih, terbuat dari perpaduan santan, rempah-rempah, dan rempah lokal. Yang membedakan Sate Padang dengan jenis sate lainnya adalah profil rasanya yang kaya dan kompleks. Perpaduan bumbu, bumbu, dan santan menghasilkan kuah yang kental dan creamy yang melapisi daging dengan sempurna.

Asal Mula Sang Saka Merah Putih

Pengertian Bendera

Bendera merupakan suatu lambang kebesaran, kewujudan, Serta kedaulatan suatu wilayah atau negara. Oleh karenanya, bendera negara dianggap sakral dan tidak boleh digunakan dengan sembarangan.
Bendera sudah muncul dengan warna dan model yang beragam sejak abad ke-16 . Dinasti Chou di China adalah Salah satu pengguna bendera dengan warna merah putih

Arti Bendera Indonesia

Bendera Indonesia biasa disebut sebagai Sang saka Merah Putih. Bentuk dari bendera indonesia empat persegi panjang dengan lebar berkisar dua per tiga dari ukuran panjangnya.
Warnanya terdiri dari merah pada bagian atas dan warna putih berada di bagian bawah. Kedua warna memiliki ukuran yang sama.
Arti bendera merah putih, yaitu merah diartikan sebagai sikap berani dan putih berarti suci. Arti lain, merah melambangkan tubuh dari manusia. Sementara putih melambangkan sebagai jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi serta menyempurnakan Indonesia.

Sejarah Sang Saka Merah Putih

Sejarah bendera merah putih berawal dari warna yang biasadigunakan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia pada masa penjajahan dahulu. Salah satunya Kerajaan yang termasuk adalah kerajaan Majapahit.

Selain dari Kerajaan Majapahit, Kerajaan Kediri juga sebenarnya telah menggunakan warna merah putih pada masa kepemimpinannya.

Tidak hanya itu, Kerajaan Sisingamangaraja IX dari tanah Batak juga menggunakan warna merah putih sebagai warna bendera perang.
Namun tidak hanya warna merah dan putih, namun benderanya juga dilengkapi dengan gambar pedang kembar warna putih dengan warna dasar merah menyala. Begitu pula dengan Sisingamangaraja XII.
Bendera merah putih di masyarakat Indonesia kemudian digunakan dalam gerakan nasionalis pada masa perlawanan terhadap Belanda mulai sekitar tahun 1928.

Namun, bendera merah putih ini sempat dilarang oleh Belanda pada saat itu. Setelah lepas dari penjajahan kolonial Belanda, ide menggunakan bendera merah putih lahir lagi pada masa penjajahan Jepang.
Pada masa itu, Jepang memberi janji kemerdekaan kepada Indonesia sekitar tahun 1944. Janji itu dipenuhi dengan pembentukan (BPUPKI) Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Salah satu pembahasan dalam rapat BPUPKI adalah penggunaan bendera dan lagu kebangsaan yang sama di seluruh wilayah Indonesia. Dari sini, diputuskanlah bahwa Indonesia akan menggunakan bendera merah putih.

Asal Mula Bendera Merah Putih

Bendera merah putih dijahit pertama kali oleh ibu Fatmawati, Istri dari Bung Karno setelah kembali ke Jakarta dari pengasingan di Bengkulu.

Soekarno Presiden pertama Indonesia memberikan perintah kepada Chaerul Basri untuk mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air dan diantarkan ke Jalan Pegangsaan Nomor 56, Jakarta.
Kain tersebut digunakan sebagai bendera yang dikibarkan pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kain tersebut merupakan bahan katun halus dengan warna merah dan putih.

Ukuran panjangnya 3 meter dan lebar 2 meter. Setelah itu, Fatmawati menjahit kain tersebut menjadi bendera yang dikibarkan pada acara proklamasi kemerdekaan Indonesia saat 17 Agustus 1945.

Setelah itu, pada 1946 Sang saka Merah Putih dibawa oleh presiden, wakil presiden, serta para menteri yang pindah ke Yogyakarta. Perpindahan itu dilakukan karena kondisi Jakarta pada masa itu sedang tidak aman.

Namun pada tahun 1948, Yogyakarta jatuh kembali ke tangan Belanda. Presiden Soekarno pun berusaha menyelamatkan Sang Merah Putih dengan menitipkan bendera tersebut pada Husein Mutahar yang pada masa itu sebagai ajudan tepercayanya.

Dengan alasan keamanan, Husein kemudian membelah bendera tersebut menjadi dua bagian, dengan warna merah dan putih terpisah di dua tas berbeda.

Ketika Soekarno berada di pengasingan di Bangka Belitung Pada 1949, ia meminta kembali bendera tersebut dan menjahitnya lagi.

Setelah selesai dari masa pengasingan pada 1949, Soekarno kembali membawa sang merah putih ke Yogyakarta dan dikibarkan di Gedung Agung pada 17 Agustus 1949.

Pada 1958, Sang Merah Putih ditetapkan menjadi bendera pusaka dan selalu dikibarkan setiap 17 Agustus atau peringatan hari kemerdekaan Indonesia di Istana Merdeka.

Namun, karena kondisinya sudah sangat rapuh dan warnanya pudar, Bendera Pusaka terpaksa dikibarkan terakhir kali pada 17 Agustus 1968.

Terakhir Sang saka Dikibarkan

Mulai dari saat itu, Indonesia tidak pernah lagi mengibarkan bendera merah putih yang asli, melainkan menggunakan duplikasinya. Bendera Pusaka kemudian disimpan di Ruang Bendera Pusaka di Istana Merdeka dengan vitrin yang terbuat dari flexi glass.

Bendera Pusaka pernah dikonservasi pada 21 April 2003 oleh Balai Konservasi Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Provinsi DKI Jakarta .

Tujuannya adalah untuk membersihkan bendera dari noda dan kotoran, merestorasi bagian yang robek, menghilangkan bekas lipatan, menghilangkan jamur, dan disimpan kembali dalam keadaan digulung. Setelah itu , Bendera Pusaka dijadikan Cagar Budaya Nasional.

BACA JUGA : SEJARAH ASAL MULA PEMBANGUNAN MASJID ISTIQLAL

You May Also Like

More From Author