KULTUR SUKU MENTAWAI, SUKU TERTUA DI INDONESIA

Estimated read time 4 min read

BUDAYA – Kultur Suku mentawai memiliki nilai yang spesial, dikarenakan suku ini masih menjaga nilai kebudayaan hingga saat ini. Suku Mentawai merupakan suku asli yang menetap di Kepulauan Mentawai, Pulau Siberut, Sumatera Barat, Indonesia. SMereka hidup dan menetap di daerah pedalaman. Suku Mentawai juga merupakan salah satu suku tertua yang ada di Indonesia. Banyak kalangan yang datang ke mentawai dengan tujuan melakukan penelitian. Tujuan utama para pendatang tersebut adalah untuk memahami pola hidup maupun interaksi suku tersebut.

Salah satu tradisi suku mentawai adalah gigi runcing. Tradisi ini biasa dilakukan oleh perempuan pada suku Mentawai. Gigi runcing diyakini sebagai simbol kecantikan, semakin runcing gigi maka perempuan itu akan menjadi semakin cantik. Tradisi mengikir gigi ini juga adalah simbol dari keseimbangan antara tubuh dengan jiwa. Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi tersebut perlahan mulai menghilang.

Bahasa Suku Mentawai adalah Bahasa mentawai yang digunakan diseluruh Kepulauan Mentawai. Ada tiga dialek dalam bahasa Mentawai yang digunakan oleh suku Mentawai, yaitu dialek Siberut Selatan, dialek Siberut Utara, dialek Sipora/Sioban, dan dialek Sikakap.

Sejarah Suku Mentawai

Kepulauan Mentawai memiliki empat pulau utama, yaitu Pagai Utara, Pagai Selatan, Siberut, Sipora. Luas wilayah tersebut sekitar 4.489 Km. Kawasan ini memiliki jumlah penghuni sekitar 30 ribuan jiwa.

Diyakini, para nenek moyang suku Mentawai telah bermigrasi ke wilayah ini sekitar 2000-500 tahun SM. Kultur Suku Mentawai memiliki kebudayaan yang sangat kuat, yang masih terjaga hingga saat ini di tengah arus modernisasi.

Tradisi Meruncingkan Gigi

Suku Mentawai masih memiliki kebudayan yang hingga kini tetap dilestarikan. Kebudayaan tersebut menjadi identitas dan juga keunikan pada suku ini. Beberapa kebudayaan suku Mentawai, yaitu:
Kepercayaan Sabulungan,

Suku Mentawai memiliki agama dan kepercayaan sendiri yang dianut oleh suku asli dan masyarakat Mentawai, yaitu kepercayaan Sabulungan. Mereka percaya bahwa setiap benda memiliki roh dan jiwa. Jika roh tidak dirawat dengan baik, maka roh tersebut bergentayangan dan akan menyebabakan kesialan maupun munculnya penyakit bagi masyarakat. Untuk itu, masyarakat Mentawai memiliki kepercayaan dan keyakinan yang kuat terhadap benda-benda yang dianggap sakral. Oleh sebab itu, masyarakat Mentawai sering dijuluki orang Sabulungan.

Rumah Adat Suku Mentawai

Masyarakat suku Mentawai pada umumnya tinggal bersama dalam rumah adat yang disebut Uma. Rumah adat ini berdiri di atas tanah-tanah suku. Dalam kesehariannay seluruh makanan, hasil hutan, dan pekerjaan dibagi di dalam satu uma. Biasanya, uma dihuni oleh lima hingga tujuh keluarga dengan keturunan yang sama.

Uma menjadi pusat kehidupan bagi suku Mentawai. Biasanya mereka menyelenggarakan pertemuan dan menyelenggarakan berbagai adat Di dalam rumah adat tersebut, seperti pernikahan dan acara adat lainnya. Uma berbentuk panggung dan terbuat dari kayu kokoh. Bagian bawah uma biasanya digunakan sebagai tempat pemeliharaan hewan ternak. Umumnya Uma sebagai bangunan utama, ada juga bangunan lain, yaitu lalep dan rusuk. Lalep biasanya digunakan sebagai tempat tinggal untuk suami istri yang pernikahannya sudah dianggap sah secara adat.

Bangunan ini biasa terletak di dalam uma. Rusuk biasa dipergunakan sebagai rumah pemondokan untuk anak-anak muda atau janda yang diusir dari kampung. Rumah ini juga biasa digunakan untuk orang-orang yang telah diasingkan karena melanggar adat.

Tato Suku Mentawai

Tato suku Mentawai merupakan tato tertua yang ada di dunia. Hal ini merupakan wajib bagi Sikerei atau dukun pada suku Mentawai. Namun untuk masyarakat Mentawai, tato tidak diwajibkan. Bagi suku mentawai yang masih tinggal di pedalaman, tato dianggap sebagai kesenian dan juga sebagai bentuk pakaian. Mereka mengganggap tato itu sebagai identitas yang menggambarkan keseimbangan antara penghuni hutan dan alam. Uniknya jika biasa tato dibuat menggunaan jarum dan tinta khusus, namun tidak dengan tato Mentawai. Disini dibuat menggunakan bahan alami, berupa arang.

Saat akan membuat tato, para shaman atau tetua suku akan mendoakan arang yang akan digunakan untuk membuat tato tersebut, kemudian arang diberikan pada orang yang akan ditato. Tato Mentawai adalah suatu ritual yang sakral, tradisi ini dijunjung tinggi di lingkungan masyarakat Mentawai.

BACA JUGA : GUDEG JOGJA, MAKANAN KHAS YOGYAKARTA LEZAT

You May Also Like

More From Author