KULTUR BUDAYA SUKU DAYAK KALIMANTAN

Estimated read time 4 min read

INDONESIA – Suku Dayak memiliki kultur budaya yang cukup beragam, karena termasuk salah satu suku yang besar dari indonesia. Sebagai suku yang besar tentunya Suku ini memiliki sejarah yang panjang terkait dengan keberadaannya. Dengan perkembangan suku ini juga membuatnya memiliki kesenian yang beragam. Serta memiliki kepercayaan yang beragam.

Kultur Budaya Suku Dayak

Asal Usul Suku Dayak dalam Kultur Budaya

Suku Dayak merupakan penduduk asli dari Pulau Kalimantan, dan ternyata masih memiliki banyak subsuku serta kultur budaya yang beraneka ragam.

Istilah Dayak pada nama suku ini disebut pertama kali pada tahun 1895, pertama digunakan oleh August Kaderland, seorang ilmuan asal Belanda. Namun arti dari kata Dayak masih menjadi perdebatan para ahli hingga kini. Ada yang mengartikan Dayak sebagai manusia pedalaman, hingga ada juga yang mengertikan sebagai orang yang tinggal di hulu sungai.

Namun, ada juga yang mengartikan bahwa Dayak sebagai karakteristik personal yang gagah, kuat, berani, dan ulet. Suku ini terbagi menjadi 268 subsuku yang masih dibagi lagi menjadi enam rumpun, dengan hal tersebut maka jelas bahwa suku ini cukup besar.

Adapun Keenam rumpun tersebut, yaitu Rumpun Punan, Rumpun Apokayan, Rumpun Klemantan, Rumpun Murut, Rumpun Iban, dan Rumpun Ot Danum.

Rumah Adat Suku Dayak

Salah satu bentuk kebudayaan dimiliki Suku Dayak dalam bentuk benda adalah rumah adat. Rumah adat Suku Dayak disebut dengan rumah Betang atau rumah Panjang. Jika dibandingkan dengan rumah pada umumnya, rumah adat mereka cukup khas di Kalimantan.

Rumah-rumah adat ini akan mudah ditemukan di sekitar hulu sungai, biasanya rumah ini menjadi tempat pemukiman Suku Dayak.

Secara umum, rumah Betang dibangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga hingga lima meter dari atas tanah, hal ini berguna untuk pelindung saat air meluap agar tidak kebanjiran.

Rumah Betang yang dimiliki Suku Dayak ini menjadi rumah dari beberapa keluarga, tidak hanya dihuni oleh satu keluarga saja. Bahkan ada rumah Betang yang memiliki panjang mencapai 150 meter dengan lebar hingga 30 meter. Bagian dalam dari rumah ini akan disekat oleh bilik-bilik untuk membagi tempat pada setiap keluarga.

Dengan bentuk rumah tersebut, Suku Dayak selalu mengutamakan kebersamaan dalam keseharian hidup. Setiap orang yang tinggal di rumah Betang, semua kehidupannya akan diatur dalam sebuah hukum adat, termasuk aturan berbagi makanan, menjaga keamanan, serta dalam berladang.

Bahasa Suku Dayak

Masyarakat Suku Dayak pastinya memiliki bahasa daerah yang digunakan untuk melakukan komunikasi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Awalnya masyarakat Dayak adalah penutur bahasa Austronesia. Namun seiring berjalannya waktu Suku ini menyebar ke area pedalaman hingga ke pegunungan.

Perkembangan ini menjadikan Suku Dayak mempunyai banyak subsuku dengan bahasa daerah yang berbeda-beda.

Jadi, bahasa Suku Dayak akan berbeda berdasarkan tempat tinggal mereka. Namun saat ini sudah banyak yang tidak menggunakan bahasa daerah dengan fasih, karena tidak diajarkan bahasa ini sedari dini.

Tarian Suku Dayak

Suku Dayak memiliki tradisi menari yang digunakan dalam berbagai ritual adat. Berikut tiga tarian yang terkenal.

  1. Tari Hudoq

Tari Hudoq adalah bagian dari ritual adat yang dilaksanakan oleh Suku Dayak Baharu dan juga Suku Dayak Modang.

Tradisi tari ini akan dilakukan setiap selesai menanam padi (manunggal), tarian ini juga dilakukan untuk mengenang jasa para leluhur yang sudah tiada. Mereka percaya saat musim tanam, roh nenek moyang akan datang di sekeliling mereka.

  1. Tari Kancet Papatai

Tarian ini adalah tarian perang yang bercerita tentang perjuangan dari pahlawan Dayak Kenyah saat berperang melawan musuh.

Gerakan yanga da dalam tarian ini sangat lincah, gesit, dan penuh dengan semangat, seolah dalam peperangan. Para penari pun akan dilengkapi dengan perisai seperti hendak berperang serta lengkap dengan baju perang.

  1. Tari Gantar

Ada juga tari Gantar, Tarian ini banyak dilakukan oleh para pemuda Suku Dayak Benuaq dan juga Dayak Tanjung di Kabupaten Kutai Barat.

Tarian ini mengekspresikan kegembiraan serta keramahan dalam penyambutan terhadap pahlawan yang baru kembali dari medan perang. Kini tarian ini dipamerkan untuk menyambut wisatawan yang datang atau ada tamu kehormatan yang hadir.

Kepercayaan Suku Dayak

Saat ini sudah banyak masyarakat Dayak yang menganut agama Islam, Katolik, Kristen, dan ada juga agama pribumi yang disebut Kaharingan.

Kepercayaan Kahariangan adalah suatu kepercayaan kepada Sangiang nayu-nayu (roh baik), dan Taloh kambe (roh jahat). Suku Dayak dengan kepercayaan Kahariangan ini memiliki syari-syari suci yang biasa digunakan dalam beragam upacara adat.

BACA JUGA : Nasi Goreng Seafood Spesial Komplit, Simple Namun Lezat

You May Also Like

More From Author