Sejarah Candi Muara Takus

Estimated read time 3 min read

Muara Takus (Bahasa Indonesia: Candi Muara Takus) adalah kompleks candi Budha yang diperkirakan milik kerajaan Sriwijaya. Terletak di Kabupaten Kampar di provinsi Riau, Sumatra, Indonesia. Kuil-kuil yang masih ada dan peninggalan arkeologi lainnya diperkirakan berasal dari abad ke-11 dan ke-12 Masehi. Ini adalah salah satu kompleks candi kuno terbesar dan paling terpelihara di Sumatera.

Sejarah Muara Takus

Candii Muara Takus dibangun oleh Kerajaan Sriwijaya yang berbasis maritim pada abad kesebelas. Arsitektur dan desain candi dengan jelas menunjukkan asal usul Buddha Mahayana. Schnitger berpendapat bahwa candii-candi besar di Muara Takus mungkin telah mengalami renovasi besar-besaran pada abad kedua belas. Diperkirakan kawasan tersebut digunakan sebagai pusat keagamaan dan perdagangan oleh Sriwijaya.

Situs ini ditinggalkan selama berabad-abad sebelum ditemukan kembali oleh Cornet De Groot pada tahun 1860. Situs ini dieksplorasi dan disurvei oleh W.P Groenveld pada tahun 1880 dan penggalian telah dilakukan secara berkala sejak saat itu. Penelitian terhadap situs arkeologi Muaara Takus dilakukan pada tahun 1983 dan menghasilkan pemetaan sisa-sisa tanggul kuno, kompleks Candi Mahligai, dan bangunan kuno lainnya. Situs tersebut kini dilindungi sebagai monumen nasional.

Desain Candi Muara Takus

Kompleks candi Candi Muara Takus dikelilingi tembok keliling batu setinggi 1 meter berukuran 74 x 74 meter. Dinding luar ditembus oleh pintu gerbang di sisi utara. Di dalam dinding terdapat sisa-sisa empat candi Buddha (candi) yang besar. Yang paling tidak biasa adalah Candi Mahligai. Stupa Buddha berbentuk teratai ini unik di Indonesia meskipun ada banyak bangunan kuno serupa di Thailand dan Myanmar. Bangunan ini didirikan pada alas berbentuk segi delapan dan tingginya mencapai 14,30 meter. Tingkat paling atas stupa dihiasi dengan patung singa yang hampir tidak terlihat dari bawah.

BACA JUGA : BENTENG PORTUGIS (JEPARA)

Di sisi timur Candi Mahligai terdapat kaki Candi Palangka. Terbuat dari batu merah dan kini tingginya hanya mencapai 1,45 meter. Dilaporkan bahwa bangunan ini jauh lebih tinggi pada saat ekspedisi kolonial paling awal ke situs tersebut, namun teras atasnya telah lama runtuh. Bangunan ketiga di dalam kompleks ini adalah Candi Bungsu. Hal yang paling mencolok dari candi ini adalah candi ini dibangun dari dua jenis batu yang sangat berbeda. Satu bagian terbuat dari batu merah dan bagian lainnya dari batu pasir. Candi ini kini mencapai ketinggian 6,20 meter.

Bangunan terbesar di Candi Muara Takus adalah Candi Tua. Basisnya berukuran 32,80 meter x 21,80 meter dan tingginya mencapai 8,50 meter. Candi ini bertingkat dan memiliki kemiripan desain dengan stupa yang jauh lebih besar, Candi Borobudur, di Jawa. Seperti candi-candi lain di Candi Muara Takus, Candi Tua hanya menampilkan dekorasi minim. Fitur dekoratif yang paling menonjol adalah patung singa yang duduk di teras atas.

You May Also Like

More From Author