SUKU KAJANG DENGAN KULTUR BUDAYA YANG KENTAL

Estimated read time 3 min read

TRADISIONAL – Masyarakat Suku Kajang, suku tertua yang tinggal di Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, memang memiliki kehidupan yang unik dan menarik. Mereka hidup dengan sederhana dan sangat bergantung pada alam sekitar. Salah satu ciri khas mereka adalah berpakaian serba hitam dan tidak menggunakan alas kaki.

Suku ini memiliki berbagai ritual unik yang masih dijaga hingga saat ini sebagai warisan dari leluhur mereka. Mereka sangat memegang teguh adat istiadat dan tidak terlalu tertarik dengan dunia luar. Keunikan mereka juga terlihat dalam bentuk rumah adat mereka.

Kultur Budaya Suku Kajang

Rumah Adat Suku Kajang

Rumah adat Suku Kajang hampir mirip dengan rumah adat Suku Bugis-Makassar, yaitu berbentuk rumah panggung. Namun, perbedaannya terletak pada arah hadap rumah. Setiap rumah masyarakat menghadap ke arah barat. Hal ini memiliki makna bahwa membangun rumah melawan arah terbitnya matahari dapat memberikan berkah. Selain itu, bentuk rumah yang seragam juga mengungkapkan kesederhanaan dan simbol keberagaman mereka.

Menariknya, Suku ini tidak menggunakan batu bata dan tanah dalam membangun rumah mereka. Mereka mempercayai bahwa batu bata dan tanah hanya digunakan untuk mengapit orang yang sudah meninggal dunia. Penggunaan batu bata juga dianggap merusak hutan karena membutuhkan kayu bakar dalam pembuatannya. Oleh karena itu, mereka menggunakan kayu sebagai bahan utama dalam membangun rumah adat mereka.

Setiap bagian rumah Suku Kajang memiliki filosofi tersendiri. Bagian atas rumah, yang disebut Parra, berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan. Di bawah atap bagian kiri dan kanan, terdapat ruang sebagai rak atau tempat penyimpanan barang dan alat. Bagian tengah rumah, yang disebut Kale Bella, berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga. Sedangkan bagian bawah rumah, yang disebut Sirih, digunakan untuk kegiatan menenun, beternak, atau menumbuk bahan makanan.

Selain rumah adat, pakaian adat Suku Kajang juga memiliki keunikan tersendiri. Mereka hanya mengenal satu warna untuk pakaian adat, yaitu warna hitam. Warna hitam memiliki makna persamaan dalam segala hal, termasuk sebagai simbol kesederhanaan. Tidak ada warna hitam yang lebih baik dari yang lain karena semua hitam adalah sama. Warna hitam juga melambangkan kekuatan, kesamaan, dan derajat bagi setiap individu di hadapan Sang Pencipta.

Bahasa Yang Digunakan

Bahasa yang digunakan oleh Suku Kajang adalah bahasa Makassar dengan dialek Konjo. Mereka sangat memegang aturan adat dalam berbicara, di mana berbicara kasar dianggap sebagai pantangan besar. Selain itu, mereka berbicara dengan melipat tangan di dada sambil membungkuk badan dan mengenakan sarung. Dalam pemberian nama, mereka tidak diperkenankan menggunakan nama malaikat, nabi, atau nama kebesaran Allah karena dianggap sebagai tindakan kedurhakaan dan dosa.

Dalam hal pernikahan, Suku Kajang memiliki aturan adat tersendiri. Mereka diharuskan menikah dengan sesama orang dalam kawasan adat. Jika tidak, mereka harus hidup di luar kawasan adat. Namun, ada pengecualian bagi pasangan yang bersedia mengikuti segala aturan dan adat istiadat yang berlaku dalam kawasan tersebut.

Kepercayaan yang dianut oleh Suku Kajang adalah agama Islam. Mereka menyebutnya dengan nama “Sallang” dalam bahasa Konjo. Tuhan yang mereka sembah adalah Allah atau “Turie’ A’ra’na” dalam bahasa Konjo. Kepercayaan ini sangat kuat dan menjadi dasar dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Kehidupan dan budaya Suku Kajang sungguh menarik dan patut untuk dipelajari. Mereka menjaga adat istiadat dan keunikan mereka dengan penuh kebanggaan. Keberagaman dan kesederhanaan yang mereka tunjukkan merupakan salah satu nilai yang patut diteladani.

BACA JUGA : ASAL-USUL SITUS ARCA GUPOLO, SALAH SATU SITUS BERSEJARAH DI JOGJA

You May Also Like

More From Author