Mengenal Adat Dan Budaya Suku Dani

Estimated read time 3 min read

Suku Dani (juga dieja Ndani) adalah kelompok etnis dari Dataran Tinggi Tengah Papua Barat di Lembah Baliem. Dataran Tinggi Papua, Indonesia. Lembah Baliem berpenduduk sekitar 100.000 jiwa, terdiri dari perwakilan suku Dani di bagian bawah dan atas lembah masing-masing 20.000 dan 50.000 di bagian tengah (dengan jumlah total 90.000 jiwa). Wilayah sebelah barat Lembah Baliem dihuni oleh sekitar 180.000 jiwa, perwakilan dari masyarakat Lani, yang secara keliru disebut “Dani Barat”. Seluruh penduduk Lembah Baliem dan sekitarnya sering disebut Dani. Sehingga terkadang mereka juga disamakan dengan suku dataran tinggi lainnya seperti Lani di barat, Walak di utara. Nduga, Mek, dan Yali di selatan dan timur.

Mereka adalah salah satu suku terpadat di dataran tinggi dan ditemukan tersebar di dataran tinggi. Suku Dani merupakan salah satu suku yang paling terkenal di Papua karena relatif banyak wisatawan yang berkunjung ke kawasan Lembah Baliem tempat mereka mendominasi. “Ndani” adalah nama yang diberikan kepada masyarakat Lembah Baliem oleh masyarakat Moni. Dan meskipun mereka menyebut diri mereka “Hubula”, mereka telah dikenal sebagai Dani sejak ekspedisi Smithsonian Institution-Pemerintah Kolonial Belanda tahun 1926 ke New Guinea di bawah pimpinan Matthew Stirling yang berkunjung Moni.

Budaya yang menjadi tradisi suku Dani

Ubi jalar merupakan hal yang penting dalam budaya lokal mereka, karena menjadi alat terpenting yang digunakan dalam barter, terutama dalam mahar. Demikian pula, pesta babi sangat penting untuk merayakan acara secara komunal. Kesuksesan sebuah pesta, dan keberhasilan seorang tokoh besar (orang berpengaruh) atau penyelenggara sebuah desa, sering kali diukur dari jumlah babi yang disembelih.

BACA JUGA : Ritual Tiwah Dari Suku Dayak Kalimantan Tengah

Suku Dani menggunakan metode oven tanah (disebut bakar batu atau barapen) untuk memasak babi dan tanaman pokoknya seperti ubi, pisang, dan singkong. Mereka memanaskan batu-batu dalam api hingga menjadi sangat panas, dan melapisi lubang dengan beberapa batu tersebut. Potongan daging dan potongan ubi atau pisang dibungkus dengan daun pisang. Bungkusan makanan diturunkan ke dalam lubang, batu panas lagi diletakkan di atasnya, dan lubang ditutup dengan rumput dan penutup agar uap tetap masuk. Setelah a beberapa jam, makanan siap disantap.

Babi terlalu berharga untuk disajikan secara teratur dan hanya disediakan untuk acara-acara khusus saja. Ritual peperangan skala kecil antar desa yang bersaing merupakan bagian integral dari budaya tradisional Dani. Dengan banyak waktu yang dihabiskan untuk menyiapkan senjata dan mengobati luka-luka yang diakibatkannya. Pada tahun 1966, terjadi pembantaian besar-besaran yang menewaskan 125 orang akibat serangan klan musuh. Asanya penekanan dalam pertempuran adalah menghina musuh dan melukai atau membunuh korban. Dibandingkan merebut wilayah atau properti atau menaklukkan desa musuh. Perjuangan seperti ini sudah tidak dilakukan lagi.

You May Also Like

More From Author