Sejarah Cerita Dari Benteng Rotterdam

Estimated read time 2 min read

Benteng Rotterdam adalah benteng abad ke-17 di Makassar di pulau Sulawesi di Indonesia. Merupakan benteng Belanda yang dibangun di atas benteng Kerajaan Gowa yang sudah ada. Benteng pertama di situs ini dibangun oleh sultan setempat sekitar tahun 1634, untuk melawan gangguan Belanda. Situs ini diserahkan kepada Belanda berdasarkan Perjanjian Bongaya, dan mereka membangunnya kembali antara tahun 1673 dan 1679. Situs ini memiliki enam benteng pertahanan dan dikelilingi oleh benteng setinggi tujuh meter dan parit sedalam dua meter.

Benteng ini merupakan markas besar militer dan pemerintahan regional Belanda hingga tahun 1930-an. Tempat ini dipugar secara ekstensif pada tahun 1970-an dan sekarang menjadi pusat kebudayaan dan pendidikan, tempat acara musik dan tari, serta tujuan wisata.

SEJARAH

Benteng Rotterdam dibangun di lokasi benteng Makassar terdahulu bernama Ujung Pandang. Kemungkinan besar benteng ini dibangun pada tahun 1634, sebagai bagian dari program benteng yang dilakukan penguasa Makassar sebagai respons terhadap perang dengan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) yang pecah pada tahun tersebut. Benteng aslinya, Jum Pandan (diduga dinamai berdasarkan pohon pandan yang tumbuh di sekitarnya), memberi nama pada kota Ujung Pandang, nama lain kota Makassar.

Pada tahun 1667 Benteng Ujung Pandang diserahkan kepada Belanda sebagai bagian dari Perjanjian Bongaya, setelah kekalahan Kesultanan Gowa dalam Perang Makassar. Pada tahun-tahun berikutnya dibangun kembali seluruhnya atas inisiatif laksamana Belanda Cornelis Speelman, untuk menjadi pusat kekuasaan kolonial Belanda di Sulawesi. Namanya diubah menjadi Benteng Rotterdam sesuai dengan tempat lahir Speelman. Pada tahun 1673–1679 kota ini mempunyai lima benteng pertahanan dan bentuk ‘kura-kura’ yang masih dimilikinya hingga saat ini. Bentuknya inilah yang membuat benteng ini mendapat julukan “Benteng Penyu” (“benteng penyu”).

BACA JUGA : Gedung Lawang Sewu Yang Sangat Bersejarah

Batu untuk pembangunan benteng diambil dari pegunungan karst di Maros, batu kapur dari Selayar, dan kayu dari Tanete dan Bantaeng. Setelah Perang Jawa tahun 1825–1830, pangeran Jawa, dan sekarang menjadi pahlawan nasional, Diponegoro dipenjarakan di benteng tersebut setelah diasingkan ke Makassar pada tahun 1830 hingga kematiannya pada tahun 1855. Itu juga digunakan sebagai kamp tawanan perang Jepang pada Perang Dunia II.

Benteng Rotterdam tetap menjadi markas militer dan pemerintahan regional Belanda hingga tahun 1930-an. Setelah tahun 1937, benteng ini tidak lagi digunakan sebagai pertahanan. Pada masa pendudukan Jepang yang singkat, bangunan ini digunakan untuk melakukan penelitian ilmiah di bidang linguistik dan pertanian, setelah itu bangunan ini rusak. Pada tahun 1970-an, benteng ini dipugar secara ekstensif.

You May Also Like

More From Author